PGRI KECAMATAN SUKAHENING

<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menjadi manusia pembelajar adalah
menjadi manusia yang senantiasa punya kesadaran bahwa dirinya "tidak tahu
apa-apa ". sehingga ketika seseorang mendeklarasikan dirinya bahwa "
ia seorang manusia pembelajar " maka ia harus sudah mempersiapkan segenap
jiwa raganya untu mencari, mencari dan mencari ilmu serta harus siap pula untuk
menerima ilmu itu dari siapapun, tanpa kecuali. Dan hal ini, nampaknya
sederhana padaha</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
l sesungguhnya, untuk sampai ketarap ini maka manusia harus
punya sikap rendah hati yang luar biasa. Karena tanpa sikap yang rendah hati
maka manusia tidak akan mampu memnjadi manusia pembelajar sejati.<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Apakah kita akan mampu mendengarkan ilmu dari seorang yang
"level"nya, katakanlah berada di bawah kita, misalnya : murid kita,
pembantu kita, tukang kebun kita, supir kita. Atau apakah kita akan mampu
mendengarkan mutiara ilmu dari seseorang yang kita benci atau kita anggap musuh
kita ? Bukankah itu memerlukan pengorbanan yang luar biasa dari kita. Hanya
jiwa yang besarlah yang akan mampu bersikap rendah hati untuk menerima ilmu itu
dari siapapun.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihXo4wCCFLBYf8UnJVUayNsnrEY5GnY-qYk89zVel2l8UuNNJ6aNHShEydij2R_x5tLj5dtI7yrjfgFFI-8gGhR5kuAW2LuJ0WoyrC19Ez5IpS9PlQFTdDCgSqvTLgLAGYawHmN1tTPwjh/s1600/images+%25284%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihXo4wCCFLBYf8UnJVUayNsnrEY5GnY-qYk89zVel2l8UuNNJ6aNHShEydij2R_x5tLj5dtI7yrjfgFFI-8gGhR5kuAW2LuJ0WoyrC19Ez5IpS9PlQFTdDCgSqvTLgLAGYawHmN1tTPwjh/s1600/images+%25284%2529.jpg" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Menjadu manusia pembelajar juga harus selalu mempersiapkan tenaga baik secara
fisik maupun ketangguhan jiwa yang luar biasa. Karena ilmu bisa berada di mana
saja, dari mulai yang dekat sampai yang sangat jauh sekali. Misal, bagaimana
seorang sahabat nabi yang mulia, yang sudah memiliki jiwa pembelajar yang agung,
yang jiwanya sudah diterangi oleh Nur Illahi , hanya untuk mendapatkan sebaris
hadist ia rela berjalan menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer jauhnya, yang
ditempuh tidak hanya mingguan tapi juga bulanan bahkan tahunan,dan itu juga
melewati gurun-gurun yang tandus dan berbahaya, subhanallah !</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Menjadi manusia pembelajar juga harus mempunyai eskra kesabaran yang luar biasa
! Hanya orang-orang yang memiliki jiwa yang sabarlah yang akan masuk pada
pembelajar sejati. Tanpa kesabaran maka kita tidak akan mampu menjadi
pembelajar sejati !</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Menjadi manusia pembelajar hakikatnya adalah menjadi manusia yang mampu
mengosongkan dirinya dari sifat-sifat yang rendah, seperti sombong, tinggi
hati, tidak jujur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://abuzia.blogspot.co.id/search/label/Menjadi%20manusia%20pembelajar">abuzia.blogspot.co.id</a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>

Menjadi Manusia Pembelajar

Menjadi manusia pembelajar adalah menjadi manusia yang senantiasa punya kesadaran bahwa dirinya "tidak tahu apa-apa ". sehingga k...

Baca selengkapnya »

<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZxmbeisW2oggH5WWaB-N22LpYX79HVUOFuI8aQCCQ0EhNkDTEdC9FhplXPYYBs5ECwLStE_zZM0_C8HiDF-Pz1azH6QLvvjceWWkiT0TX55XETO0wdgHtL31sgsdk5WifKzzJciGvqApv/s1600/anak+sd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZxmbeisW2oggH5WWaB-N22LpYX79HVUOFuI8aQCCQ0EhNkDTEdC9FhplXPYYBs5ECwLStE_zZM0_C8HiDF-Pz1azH6QLvvjceWWkiT0TX55XETO0wdgHtL31sgsdk5WifKzzJciGvqApv/s320/anak+sd.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;">Setiap orang pasti sepakat kalu seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat. Bukahkah guru itu </span><i style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px; margin: 0px; padding: 0px;">digugu lan ditiru.</i><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"> Namun, apakah guru cukup menjadi teladan? Menurut penulis tidak. Mengapa? Karena guru juga harus sejati dan revolusioner. Artinya, yang perlu disoroti di sini juga semangat guru dalam mengemban tugas mulianya.</span></div>
<span class="fullpost" style="background-color: white; display: inline; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><br /></span></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Secara implist, bisa disimpulkan ada “guru sejati” dan “guru aspal”. Guru sejati adalah meraka yang menjalankan tugasnya dengan penuh semagat keikhlasan dan semangat revolusioner mendidik anak bangsa. Sedangkan guru aspal adalah mereka yang berorientasi pada “rupiah” belaka, mengajar tanpa mendidik, memenuhi presensi tanpa menjadi motivator sejati bagi siswa di sekolah.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">era global seperti ini memang menuntut guru untuk menjadi pragmatis. Artinya, guru butuh kesejahteraan dan kemakmuran. Dan hal itu salah satunya diperoleh dari tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan. Di sisi lain munculnya kebijakan sertifikasi semakin menjadikan guru salah niat dalam mengajar. Padahal kebijakan tersebut seharusnya menjadikan guru lebih kreatif, inivatif, dan profesional dalam mengemban misi mencerdaskan anak bangsa, bukan sekedar mengejar rupiah. Oleh karena itu, hal ini harus segera diluruskan.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Lalu bagai mana caranya? Caranya adalah dimulai dari mencegah munculnya guru aspal. Karena apa artinya rupiah, jika guru tidak biasa menjalankan tugas sucinya. Maka sebagai insan pendidikan, hal itu harus disikapi guru dengan arif. Salah satunya adalah dengan mencegah munculnya guru aspal dengan beberapa solusi dan trobosan yang efektif. Setidaknya ada beberapa cara, antara lain:</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Pertama, memperketat penerimaan guru, baik sekolah berstatus swasta maupun negeri, PNS atau GTT. Mengapa demikian? Karena, selama ini masih banyak orang masuk sekolah dan menjadi guru hanya “berbasis KKN”. Artinya, asalkan punya kenalan pihak sekolah/dinas, asalkan punya uang ratusan juta rupiah, maka akses masuk jadi guru juga mudah.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Kedua, mempertegas aturan dan kiteria atau syarat menjadi guru. Selama ini, penerimaan guru tidak ketat dan kriterianya tidak jelas. Kita ketahui bahwa setidaknya seorang guru harus memiliki empat kompetensi pendidikan, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Ketiga, guru harus linier, sesuai jurusannya. Artinya, jika guru itu lulusan Pendidikan Agama Islam, maka yang diajar gura mata pelajran agama Islam pula. Masih sering kita jumpai fakta di lapangan, guru mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Misalnya, lulusan Pendidikan Bahasa Indonesia mengajar materi bahasa Inggris, lulusan Pendidikan Biologi mengajar materi Ekonomi, dan sebagainya.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Yang jelas dan utama adalah guru harus memenuhi kualifikasi akademik dan kriteria </span><i style="line-height: 21.609px; margin: 0px; padding: 0px;">plus-plus.</i><span style="line-height: 21.609px;"> Artinya, selama ini banyak guru yang pandai secara akademik, namun tidak mampu menjadi pendidik yang mampu memberikan motivasi dan semangat bagi siswanya. Inilah yang disebut dengan </span><i style="line-height: 21.609px; margin: 0px; padding: 0px;">“kemampuan puls-plus”</i><span style="line-height: 21.609px;">yang jarang dimiliki oleh guru. Bahkan banyak guru killer yang ditakuti siswanya, guru yang selalu memakai metode CBSA (Catat Buku Sampai Abis), guru yang mengajar ala kadarnya, banhkan guru yang </span><i style="line-height: 21.609px; margin: 0px; padding: 0px;">centil/gatal</i><span style="line-height: 21.609px;">kepada sisiwinya, dan masih banyak contoh lainnya. Inilah yang perlu dibenahi, jangan sampai guru aspal merusak pendidikan di negara ini.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px; margin: 0px; padding: 0px;"><div style="text-align: justify;">
<b style="line-height: 21.609px; margin: 0px; padding: 0px;">Guru Revolusioner</b></div>
</b><span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Apakah cukup dengan itu, guru menjadi penentu pendidkan di negara ini? Tentu tidak, yang tak kalah urgen adalah perlunya guru revolusioner yang mengajar penuh dengan motivasi tinggi dengan semangat memajukan pendidikan Indonesia. Menurut Dian Marta Wijayanti, guru revolusioner memiliki beberapa ciri.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Pertama, dia selalu mengajar penuh rasa ikhlas tanpa pamrih. Artinya, dia tetap butuh kesejahteraan, tetapi bukan itu tujuannya. Mengapa? Karena menjadi guru bukanlah tujuan, karena posisi guru hanyalah alat untuk berbuat baik lebih banyak lagi dalam rangka memajukan pendidikan Indonesia yang masih jauh dari harapan.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Kedua, memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Artinya, bagai mana mungkin siswa akan bersikp disiplin kalau gurunya tidak.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Ketiga, selalu menjadi dambaan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam mencari ilmu, baik di sekolah maupun di luar sekolah.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Keempat, mampu mengajarkan kepada siswa, bahwa hidup tidak sekedar menjadi manusia berilmu, akan tetapi juga beriman dan beramal.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Kelima, selalu mengajarkan kepada siswa bahwa hidup bukan sekedar “mejadi apa” (to be), tapi yang lebih penting adalah “berbuat apa” (to do).</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Inilah yang harus ditanamkan kepada siswa. Dengan demikian, wajah pendidikan kita akan semakin berseri-seri, jika para gurunya sejati dan revolusioner, bukan aspal.</span></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica; line-height: 21.609px;"><div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 21.609px;">Maka dari itu jadilah guru sejati dan revolusioner, bukan aspal. Bagaimana menurut Anda?</span></div>
</span></span>

Guru Sejati dan Revolusioner

Setiap orang pasti sepakat kalu seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat. Bukahkah guru itu digugu lan ditiru. Nam...

Baca selengkapnya »

PGRI KECAMATAN SUKAHENING

Menjadi Manusia Pembelajar

Guru Sejati dan Revolusioner

Pengurus Ranting Desa Banyuresmi

Entri Populer

Label

Arsip Blog